Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Apa Arti Sebuah Pekerjaan?

Kita menjalani SD 6 tahun, SLTP 3 tahun, SLTA 3 tahun, dan kuliah yang rata-rata 4 tahun demi mencapai pendidikan yang layak,demi persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kita. Tetapi seperti apa sih sebetulnya pekerjaan yang layak untuk kita? Pekerjaan yang banyak menghasilkan uangnya?

Semuanya kembali bagaimana kita memandang pekerjaan kita.

Kembali ke hal yang paling mendasar dahulu: untuk apa kita bekerja? Mungkin dari antara kita ada yang berpendapat kita bekerja untuk hidup, untuk makan, untuk memiliki tempat tinggal yang layak. Mungkin juga sebagian dari kita ada yang menginginkan Mobil baru, membeli rumah di daerah elit, membelikan tas mahal untuk istrinya, dan lain-lain. Lebih ekstrim lagi, ada yang menjawab bekerja karena disuruh orang tua, atau bekerja karena tidak tahu mau apa. Kalau dikembalikan lagi, kita semua bekerja agar hidup kita tidak susah. Atau mungkin kata-kata itu perlu sedikit diubah:

Kita bekerja agar hidup kita tidak susah untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Kalau begitu masalahnya, berarti pola pikir kita tentang pekerjaan harus diubah sedikit. Berikut akan ada 3 cerita berbeda dengan tokoh yang sama untuk menjadi bahan renungan.

Si A bekerja dengan tujuan utama demi mendapatkan uang yang cukup untuk membiayai hidupnya. Apabila secara finansial si A aman, maka ia tidak akan lagi mau untuk melakukan pekerjaannya sekarang, dan sudah pasti ia akan mencari pekerjaan lain. Pekerjaan si A sekarang ini hanyalah untuk membiayai hidupnya belaka. Terkadang ia berharap bahwa waktu akan berlalu cepat saat ia sedang bekerja. Si A akan tidak akan memberikan saran pada kawannya atau anaknya untuk menggeluti pekerjaannya sekarang dan ia sangat ingin untuk pensiun.

Si B pada dasarnya menyukai pekerjaannya, tetapi ia tidak berharap untuk berada di tempat yang sama pada 5 tahun mendatang. Ia berencana untuk berpindah ke pekerjaan yang lebih baik. Terkadang si B berpikir bahwa ia sedang membuang-buang waktu dengan pekerjaannya yang sekarang ini, namun ia tahu bahwa ia harus mempertahankan pekerjaannya ini demi kenaikan pangkat atau jenjang karir yang lebih tinggi. Si B tidak sabar untuk mendapatkan promosi. Untuknya, promosi adalah penghargaan terhadap pekerjaannya, dan sebagai tanda kesuksesannya dalam berkompetisi dengan pekerja lain.

Pekerjaan si C adalah bagian hidup yang penting dalam hidupnya. Ia sangat puas dengan pekerjaan yang ia miliki, karena apa yang ia kerjakan adalah hal yang vital dalam menunjukkan siapa dirinya. Pekerjaannya adalah hal yang pertama ia katakan pada orang lain untuk menjelaskan siapakah dirinya. Ia cenderung membawa pulang pekerjaannya, dan saat berlibur juga. Si C merasa senang dengan pekerjaannya karena ia menyukainya. Ia akan mendorong teman dan anaknya untuk memasuki bidang pekerjaan seperti yang sedang digelutinya, dan ia pun akan kecewa bila ada yang menyuruhnya menghentikan pekerjaannya yang sekarang ini. Si C pun sama sekali tidak menunggu pensiun.

Si A memandang pekerjaannya sebagai 'pekerjaan' (job) belaka, si B memandang pekerjaannya sebagai 'karir' (career), dan si C memandang pekerjaannya sebagai 'panggilan' (calling). 'pekerjaan belaka' hanya dilakukan untuk mendapatkan uang, dan bila pekerjaan selesai, tidak ada ketidaklanjutan. Sedangkan 'karir', berarti kita melihat adanya investasi personal yang dituangkan di dalam pekerjaan yang dilakukan. Ada kontinuitas, baik segi uang maupun kekuasaan dan prestise, namun bila kontinuitas ini berakhir, kita akan mencari-cari hal lain yang dapat memenuhi kepuasan diri kita. Pekerjaan sebagai 'panggilan' berarti pekerjaan yang kita lakukan secara penuh dan berkomitmen hanya demi melakukan pekerjaan itu saja. Pekerjaan tersebutlah yang memenuhi kepuasan diri kita, bukanlah uang, peningkatan karir, atau prestise.

Amy Wrzesniewski, seorang profesor bidang Bisnis di New York University, melakukan penelitian pada pegawai pembersih di rumah sakit. Pegawai yang melihat pekerjaannya sebagai 'panggilan' ternyata bekerja lebih efisien. Mereka bahkan mengimprovisasi pekerjaannya demi kenyamanan dan kesehatan para pasien, dan juga lebih waspada. Jadi, pilihlah pekerjaan yang membuat anda senang karena melakukannya, bukan karena ada iming-iming karir atau gaji, karena yang terpenting adalah menemukan pekerjaan yang membuat kita bahagia. Steve Jobs, CEO Apple & Pixar, mengatakan dalam pidatonya pada Graduation speech di Stanford university tahun 2005:

"Jangan berhenti mencari sampai kita menemukan apa yang betul-betul ingin kita kerjakan" (khrisnaresa)

selengkapnya » Apa Arti Sebuah Pekerjaan?

Kisah anak kecil, kakek tua, dan seekor keledai. [Sedikit Renungan]

Dahulu kala tinggallah seorang kakek tua yang sudah renta bersama seorang cucunya. kehidupan mereka sederhana sehingga satu-satunya aset yang mereka miliki untuk bekerja dan bepergian adalah seekor keledai yang kurus...

Suatu ketika, saat kakek dan cucunya berada dalam suatu perjalanan, si cucu berjalan dengan menuntun keledai tersebut diikuti oleh kakeknya, namun saat mereka melewati sebuah perkampungan terdengar celotehan penduduk setempat oleh sang Kakek, penduduk itu berkata "sungguh aneh Kakek dan Anak kecil itu mereka memiliki seekor Keledai tetapi tidak Mereka tunggangi untuk kendaraan. "

Si Kakek yang mendengar Hal tersebut langsung berfikir agar tindakannya tidak dikomentari penduduk yang melihatnya lagi, oleh karena itu ia meminta Cucu nya agar menunggangi keledai tersebut. Cucu nya bersedia dan langsung duduk diatas Keledai, mereka pun melanjutkan perjalanannya..

Setelah beberapa saat meninggalkan Desa tersebut merekapun melewati Desa lainnya, di desa ini ternyata mereka tak luput dari komentar orang yang melihat mereka. Seseorang dari desa itu berkomentar "Dasar anak yang tidak tahu sopan santun...!!! Masa anak yang masih sehat dan bertenaga membiarkan seorang kakek tua berjalan dan dia hanya duduk dengan enaknya menunggangi keledai."

Mendengar komentar ke dua sang Cucu merasa malu dan memohon pada kakeknya agar kakeknya mau menggantikan nya menunggangi keledai. Sang Kakek bersedia dan mereka melanjutkan perjalanannya dengan Kakek yang menunggangi Keledai tersebut.

Tak berselang berapa lama ternyata mereka mendengar ada orang yang berpendapat lagi, kali ini pendapatnya adalah "Sudah tua seperti itu masih saja tidak mau mengalah pada anak kecil, masa membiarkan anak kecil berjalan sedangkan dia seenaknya menunggangi keledai." Tentu komentar kali ini membuat mereka bingung harus bagaimana lagi agar orang berhenti berkomentar tidak baik tentang mereka.

Namun karena mereka tidak ingin ada pembicaraan orang yang kurang baik mengenai mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggangi keledai kurus itu bersama-sama..Ternyata tindakan mereka itu pun tidak luput dari pembicaraan orang-orang yang melihat mereka.

Kali ini orang-orang berbicara : " Dasar orang-orang yang tidak memiliki perasaan, keledai sekecil itu masih saja ditunggangi berdua." Komentar kali ini benar-benar membuat sang Kakek kehabisan akal untuk menghindari omongan orang tentang dirinya..Disaat si kakek berfikir keras untuk melakukan tindakan selanjutnya, si Cucu memberikan saran pada kakeknya. Dengan polosnya anak itu berkata : " Kakek bagaimana kalau kita berdua tidak usah menunggangi keledai kurus itu?"

jawab Sang Kakek : "bukankah sebelumnya kita telah melalukan hal tersebut. Tapi tetap saja ada orang yang berkomentar kurang baik tentang kita."

Sang Cucu : " Memang, tapi maksudku bagaimana kalau keledai tersebut yang menunggangi kita. Jadi kita akan mengangkat keledai itu sambil melanjutkan perjalanan kita."

Si Kakek bertambah bingung mendengar saran dari Cucunya itu, namun apa daya memang tinggal hal itu yang belum dia coba. Maka dengan percaya diri dan yakin bahwa kali ini mereka tidak akan mendapat komentar yang tidak mengenakan. Keledai itu pun diangkatnya dan mereka berjalan melanjutkan perjalanan. Cukup lama mereka berjalan, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah perkampungan yang banyak memiliki penduduk. Mereka merasa yakin kali ini orang lain tidak akan berkomentar apa pun.

Dan....benar saja! Ketika mereka melewati sekumpulan orang, orang-orang itu tidak berkomentar apa-apa, mereka hanya tersenyum melihat ke arah keduanya..

Sang kakek dan Cucunya sangat senang melihat senyuman dari orang-orang yang melihatnya karena kali ini mereka tidak mendapat komentar yang buruk. Mereka pun berlalu meninggalkan kampung tersebut dengan senang.

Akan tetapi ada satu hal yang tidak Kakek dan Cucunya ketahui yaitu arti dibalik sebuah senyuman yang diberikan oleh orang-orang di perkampungan itu.

Karena setelah Kakek dan Cucunya berlalu ternyata orang-orang tersebut sebetulnya membicarakan perilaku mereka, mereka berdua dianggap sebagai orang gila, bagaimana mungkin keledai yang seharusnya mereka tunggangi malah keledai tersebut yang menunggangi mereka.

Hal itu sering terjadi pada kita, jadi kesimpulannya apapun yang kita lakukan pasti akan membuat penilaian orang berbeda-beda pada kita..Padahal Orang-orang itu tidaklah tau apa yang sebenarnya terbaik bagi kita, mereka hanya bisa menyaksikan dan berkomentar, tak peduli apa yang kita putuskan itu telah melewati proses seperti apa..

Di dalam kehidupan bermasyarakat jangankan hal yang memang betul-betul negatif, aktifitas dan tujuan yang positif pun belum tentu dinilai secara positif juga..

Jadi terkadang kita tidak selalu perlu memperhatikan omongan orang tentang kita. Adalah benar bahwa disaat-saat tertentu pendapat mereka perlu kita dengarkan sebagai bahan pertimbangan, akan tetapi bukan pendapat mereka yang harus kita jadikan keputusan mengenai apa yang terbaik hidup kita.

Kesimpulan, tidak perlu takut, merasa bersalah atau bahkan menyesal karena memegang sebuah prinsip, selama prinsip yang kita pegang itu dibangun dan ditujukan demi kebaikan.

*** Wallaahu a'lam ***
selengkapnya » Kisah anak kecil, kakek tua, dan seekor keledai. [Sedikit Renungan]

Kiran Pramesti


Bungbulang, 3-2-2013 / 07.40 WIB
My First Child
لعلّكِ من بعض الصالحين


selengkapnya » Kiran Pramesti

Penjaga yang berani

Seorang calon perwira diserahi tugas untuk menjaga jalan masuk ke tangsi dan diberi perintah untuk tidak membiarkan mobil masuk, kalau mobil itu tidak membawa tanda khusus.

Ia menghentikan mobil yang ditumpangi oleh seorang jendral yang mengatakan kepada sopirnya untuk tidak mempedulikan penjaga dan terus melarikan mobilnya. Karena itu tentara itu maju dengan senjata siap ditembakkan dan dengan tenang berkata, "Maaf bapak, ini baru bagi saya. Siapa yang saya tembak? Bapak atau sopir?"

" Engkau mencapai kebesaran kalau engkau tidak dirisaukan oleh kedudukan orang-orang yang ada di atasmu dan kalau engkau membuat orang-orang yang berada di bawahmu tidak merisaukan kedudukanmu. Kalau engkau tidak sombong terhadap orang-orang yang rendah dan tidak rendah terhadap orang-orang yang sombong. "

(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
selengkapnya » Penjaga yang berani

Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja,” jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas, suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”
Profesor itu terdiam. Nama mahasiswa itu adalah :
Albert Einstein.
Source article : here


selengkapnya » Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Penggembala domba dengan seorang konsultan

Seorang gembala menggiring domba-dombanya di padang rumput terpencil ketika tiba-tiba sebuah BMW baru meluncur ke arahnya. Pengemudinya, seorang pemuda dalam setelan Broni, sepatu Gucci, kacamata hitam Ray Ban dan dasi YSL, melongok keluar jendela dan bertanya gembala, "Jika saya mengatakan dengan tepat berapa banyak domba yang ada dalam kawanan Anda, maukah Anda memberi saya satu ekor?"
Gembala itu memandang pria itu, lalu melihat sekawanan domba gembalaan dan dengan tenang menjawab, "Tentu."
Pria muda itu memarkir mobilnya, mengeluarkan IBM ThinkPad yang tersambung ke ponsel, kemudian ia berselancar ke website NASA dan menggunakan sistem navigasi satelit, mengamati daerah tersebut, dan kemudian membuka database dan Excel spreadsheet dengan formula kompleks. Dia mengirim email melalui Blackberry dan setelah beberapa menit, mendapatkan tanggapan. Akhirnya, ia print laporan 130 halaman pada printer mininya kemudian berkata kepada gembala itu, "Anda memiliki tepat 1586 domba".
"Itu benar! silakan ambil salah satu domba," kata gembala.
Pemuda itu memilih satu ekor hewan dan memasukkan ke dalam mobilnya.
Kemudian gembala mengatakan: "Jika saya bisa mengatakan dengan tepat apa pekerjaan Anda, apakah Anda akan memberikan kembali hewan saya?"
"OK, mengapa tidak" jawab orang muda itu.
"Jelas, Anda adalah konsultan," kata gembala itu.
"Itu benar" kata pria muda itu, "tapi bagaimana Anda bisa tahu?"
"Tidak perlu menebak," jawab gembala. "Anda muncul di sini meskipun tidak ada yang memanggil Anda. Anda ingin dibayar untuk jawaban yang sudah saya ketahui, dan untuk pertanyaan yang tidak pernah saya tanyakan. Dan Anda tidak tahu apa-apa tentang bisnis saya... Sekarang kembalikan anjing saya."

Source pic : here and here
Source article : kaskus 

selengkapnya » Penggembala domba dengan seorang konsultan

KIOS KEBENARAN

Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, hampir-hampir aku tidak percaya pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran di sana!

Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu menipu diri, mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka, penuh dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.

Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan dan menunjuk kepada daftar harga. 'Harganya amat tinggi Tuan,' katanya. 'Berapa?' tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya. 'Kalau Tuan membelinya,' katanya. 'Tuan akan membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup Tuan.'

Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira bahwa aku dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan harga murah. Aku masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang aku mendambakan damai dan ketenangan. Aku masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)


selengkapnya » KIOS KEBENARAN

Pengaruh fikiran dan kata-kata

Manusia merupakan makhluk yang berfikir dan berbicara, kemudian dengan itu dia berkomunikasi dengan sesamanya dan juga alam. Tapi tahukah sobat bahwa kata-kata dan fikiran manusia juga berpengaruh pada alam sekitar. Jika sobat penasaran dengan maksud perkataan ini, saya mengajak sobat untuk melakukan semacam eksperimen.


  1. Ambil sebongkah nasi yang sudah didiamkan semalaman lalu masukkan ke dalam dua toples berbeda dengan takaran sama. Kita namai saja toples A dan Toples B.
  2. Masing-masing toples ditempeli tulisan sebagai berikut:
Toples A : “ Kamu Pintar, Cerdas, Tampan, Baik, Rajin, Sabar, Aku Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin Selalu di dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih.
 Toples B : “ Kamu Bodoh, Goblok, Jelek, Jahat, Malas, Pemarah, Aku Benci Melihatmu, Aku tidak mau dekat dekat kamu “

Simpan kedua toples tersebut secara terpisah pada tempat sering dikunjungi di rumah, lalu setiap kali melihatnya bacalah tulisan pada kedua toples itu. Dan lihat, inilah yang terjadi setelah seminggu kemudian :




Nasi pada toples B yang dibacakan kata-kata Negatif ternyata cepat sekali membusuk, berwarna hitam dan berbau yg tidak sedap. Sedangkan nasi pada toples A yang dibacakan kata-kata positif masih berwarna putih kekuningan dan baunya harum seperti ragi.

Penasaran mengapa demikian? berikut jawabannya. Seorang peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan kata – kata memiliki daya yang luar bisa dalam proses penciptaan, kata-kata juga mampu mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan sobat alami. Di dalam bukunya “The True Power of Water” Masaru Emoto membuktikan bahwa kata apapun baik yang diucapkan atau tidak diucapkan akan mempengaruhi molekul air. Melalui metode fotografi Kristal ia membuktikan bahwa air yang diberi tulisan “Hope” akan membentuk Kristal Heksagonal yang indah, sedangkan air yang diberi tulisan “You fool” akan merusak dan menghancurkan Kristal air tersebut. Di dalam buku tersebut beliau mengupas secara komprehensif penelitian tersebut.

Ini merupakan bukti ilmiah tentang pengaruh fikiran dan kata – kata pada alam. Wajar sekali jika kita bertanya-tanya, jika pada alam saja demikian pengaruhnya apalagi pada diri kita sendiri. Bagaimana fikiran dan kata-kata itu berpengaruh pada sisi psikologis dan kesehatan tubuh kita sendiri. Mereka yang senantiasa berfikir positif sering kali mudah menemukan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan yang berfikir negatif, alih-alih menemukan ide konstruktif untuk suatu masalah seringkali justru malah dihadapkan pada masalah yang lebih berat karena kesalahan berfikir sebelumnya.

Pada lain kasus misalnya kita lihat perkembangan fisik secara umum pada orang-orang yang sering berfikir positif ialah kesehatannya cenderung stabil, berbeda dengan  yang orang yang sedang dirundung masalah dan secara tidak sadar terlena dengan fikiran-fikiran negatif, tidak jarang kita temukan kasus sakit berkepanjangan bahkan meninggal dunia.

Berhubungan dengan perbedaan karateristik cara berfikir di atas, berikut sedikit tulisan yang berhasil saya himpun dari simbah :

Agar kita bisa menghindari pikiran negatif dan membiasakan diri berfikir positif terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab, ciri dan akibat dari pola fikir negatif dan positif.

A. Sebab-sebab pikiran negatif :
  1. Kejadian masa lalu yang membuat kita selalu merasa takut dan ragu sehingga kita tidak berani untuk mencoba hal baru yang bermanfaat positif tentunya.
  2. Keinginan yang lemah atau bahkan tidak memiliki tujuan yang jelas.
  3. Rutinitas negatif misalnya menonton televisi dan main game selama berjam-jam setiap harinya.
  4. Generalisasi, artinya menghubungkan-hubungkan sesuatu yang sebenarnya tidak berkaitan satu sama lain.
  5. Salah Persepsi, ini karena kegagalan menilai sesuatu secara objektif.
  6. Pengaruh internal,seperti kegiatan yang menghakimi diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif.
  7. Pengaruh eksternal, seperti tinggal di lingkungan yang tidak sehat atau hidup bersama orang-orang yang berperilaku buruk.
Ciri-ciri orang berpikiran Negatif :
  1. Mudah meyakini pada yang negatif dan melihat segala sesuatu dari sisi negatif.
  2. Takut akan perubahan
  3. Selalu mengeluh
  4. Selalu merasa paling benar, paling berkuasa tapi rendah diri pada lingkungan tertentu
  5. Menganggap masalah sebagai permanen
  6. Mempertahankan Status Quo
  7. Berfikir instant.
  8. Memiliki tujuan yang tidak realistis
  9. Selalu punya alasan tersembunyi atau tidak tidak jujur
  10. Hanya fokus pada kesenangannya
  11. cenderung egois, sombong, dan arogan.
  12. Mementingkan kepentigan pribadi
  13. Mudah marah
  14. Senang menggunjing
  15. Diliputi rasa kecemasan, frustasi dan ketakutan.

Efek pikiran negatif :
  1. Mudah mencela, mengkritik, dan membanding-bandingkan.
  2. Suka Menghindar dari masalah yang sedang dihadapi
Setelah kita mengetahui penyebab, ciri dan efek berfikir negatif, maka kita bisa memahami dan menerapkan pikiran positif.

B. Hal-hal yang memicu berpikir positif :
  1. Pengaruh orang lain yang berhasil dan sukses karena mengembangkan pikiran positif sehingga kita terpacu untuk berpikir positif
  2. Telah terbiasa atau membiasakan diri berpikir positif sehingga selalu berpikir positif
Ciri-ciri orang yang berpikir positif :
  1. Percaya diri
  2. Memiliki nilai-nilai dan prinsip hidup yang baik dan positif
  3. Fokus pada solusi, bukan masalah
  4. Hidup dengan cita-cita dan pantang menyerah
  5. Mudah bergaul
  6. Menerima diri sendiri
  7. Meneladani orang-orang yang telah sukses karena pikiran dan sikap positif mereka.
  8. Mampu melihat dari sudut pandang / sisi orang lain
  9. Fokus pada tujuan.
  10. Berbaik sangka
  11. Tidak suka bergunjing hal yang tidak berguna
  12. Menjauhkan diri dari hal-hal yang mendatangkan pikiran-pikiran negatif
Demikian mudah-mudahan bermanfa'at, semangat dan salam blogger.
Dari berbagai sumber.
selengkapnya » Pengaruh fikiran dan kata-kata